Wednesday, October 27, 2010

APLIKASI SENI DALAM PENGAJARAN (ABM)

ARTIKEL APLIKASI SENI DALAM PENGAJARAN (ABM)

PENDAHULUAN

Seni merupakan salah satu dari pendidikan. Seni mengikut Kamus Pelajar Bahasa Malaysia bermaksud kecil sekali, halus, molek atau elok, kecekapan atau kepandaian membuat sesuatu yang indah. Mengikut Ensiklopedia Malaysian seni ialah sesuatu yang indah pada pandangan pancaindera manusia sama ada melalui penglihatan atau pendengaran. Mengikut Ibnu Khaldun seni itu adalah kebenaran, keindahan, dan kebaikan di mana di dalamnya terkandung ciri-ciri estetika dan logika. Seni dalam pendidikan menjurus kepada seni visual, seni muzik dan seni pergerakan.
Seni dalam pendidikan ini lebih menegaskan kepada aspek pemahaman, penghayatan dan kritikan. Proses ini menyentuh perasaan estetika dan daya kreativiti individu, persepsi, imaginasi dan konsepsi murid. Guru akan memberi murid untuk menjalankan aktiviti untuk meneroka, mengalami dan mengekspresi citarasa pancaindera mereka. Melalui cara ini, murid dapat mengamalkan pertimbangan seni visual, seni muzik dan seni pergerakan dalam meningkatkan lagi kepekaan, kreativiti, daya imaginasi untuk mencapai pembelajaran yang optimum, menyeluruh dan menyeronokkan.
Seni dalam pendidikan meletakkan Teori Kecerdasan Manusia (1983) oleh Howard Gardner sebagai asas pemupukan minda murid untuk mendacapai kecemerlangan. Teori ini jelas menyokong seni yang mengambil peranan penting dalam kurikulum yang ada dan oleh itu, guru perlu menggalakkan murid untuk mengenal dan menggunakan kelebihan yang ada pada diri mereka. Selain itu, guru juga perlu merancang aktiviti pembelajaran yang pelbagai dan bersepadu untuk memenuhi keperluan murid yang mempunyai gaya belajar yang berbeza, keinginan mencuba idea serta pendekatan dan teknik yang baru seiring dengan persekitaran yang memberikan inspirasi. Antara matlamat seni dalam pendidikan ialah untuk melahirkan individu yang berbudaya dengan mengamalkan pertimbangan kesenian, berjiwa kreatif, inovatif, inventif dan mempunyai jati diri yang tinggi. Penggabungan tiga jenis seni yang terdiri daripada seni visual, seni muzik dan seni pergerakan akan membantu pembentukan insan yang lebih cemerlang dan bersifat holistik.
Terdapat banyak kaedah pengajaran yang kreatif terutamanya dalam menggunakan alat bantu mengajar (ABM). Guru perlu menggunakan setiap kemudahan yang diberikan dengan kreatif. Diantara alat bantu mengajar yang terdapat di sekolah seperti papan putih, LCD, komputer, kertas majong, video projektor dan sebagainya. Kedudukan media pendidikan sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan pembelajaran yang diatur oleh guru. Setiap kompenan menpunyai fungsinya yang tersendiri. Guru perlu memahami dan menguasai penggunaan setiap alat bantu mengajar supaya guru dapat memanfaatkan kesemua alat atau bahan yang disediakan, dengan ini kualiti pengajaran dapat dipertingkatkan.
Diantara manfaat alat bentu mengajar iaitu melalui alat bantu mengajar, murid akan lebih berminat dan tertumpu kepada pembelajaran berbanding dengan hanya mendengar huraian dari guru (komunikasi verbal) yang cukup membosankan pelajar kerana ianya tidak menarik perhatian pelajar. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat difahami oleh murid dan murid akan menguasai tujuan pengajaran lebih baik. Selain itu, metode pengajaran akan lebih bervariasi. Murid juga banyak melakukan kegiatan belajar daripada hanya mendengar huraian daru guru malahan aktivitilain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Seterusnya pembelajaran akan lebih menarik perhatian murid sehingga dapat melahirkan motivasi dalam diri setiap murid. Kreativiti bukan sahaja tertumpu didalam bilik darjah, tetapi persekitaran diluar bilik darjah juga boleh dimanfaatkan oleh guru. Misalnya guru pendidikan seni yang ingin pelajarnya menghasilkan lukisan perlu memberi kebenaran kepada muridnya menikmati lukisan yang ingin dilakarkan disekitar kawasan sekolah.
Setiap guru tidak kira guru itu mengajar subjek apa sekalipun, perlulah menggunakan sepenuhnya alat bantu mengajar yang telah disediakan oleh sekolah. Bukan itu sahaja, tetapi guru haruslah kreatif dalam menggunakan kesemua alat-alat tersebut. Bukan sekadar bercakap dan menulis sahaja, kita perlulah tegas dalam melakukan sesuatu perkara. Sekiranya kita lihat, sesetengah guru mengambil remeh akan hal ini. Perkara ini tidak sepatutnya berlaku kerana sebelum mengajar guru telah dibekalkan dengan pelbagai ilmu, tetapi sikap guru yang tidak mengambil berat akan hal ini membawa kesan yang buruk kepada pengajaran mereka semasa di sekolah. Dalam hal ini guru amat berperanan penting untuk menjalankan aktiviti yang boleh meransang pelajar-pelajarnya semasa proses pengajaran dan pembelajaran berlaku. untuk menjadi seorang guru bukan sahaja mengajar malahan peranan guru juga sebagai pengurus bilik darjah untuk menjadikan bilik darjah yang ingin diajar berada dalam keadaan selesa, bersedia dan ceria.
Alat bantu mengajar sebenarnya banyak membantu guru menjadikan proses pengajaran dan pembelajaran. Selain itu ianya juga boleh mengaplikasikan pelbagai cara pengajaran agar lebih kreatif dan berseni. Oleh itu, sedar atau tidak setiap yang berlaku sebenarnya ada seninya termasuklah cara pengurusan dalam sesuatu urusan. Pengurusan yang tersusun itulah seni. Begitu juga didalam pendidikan, kita perlu sedar dengan adanya cirri-ciri kesenian yang diterapkan, apa yang diajar akan lebih berkesan diminda pelajar.
Drs. Harjanto. (2005). Perencanaan Pengajaran. Pt Rineka Cipta. Jakarta. Cet4

Wednesday, October 20, 2010

artikel seni dan pendidikan 2

Artikel:
Seni Tradisi (Nusantara) dan Pembelajarannya di Sekolah


Judul: Seni Tradisi (Nusantara) dan Pembelajarannya di Sekolah
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan bagian PENDIDIKAN / EDUCATION.
Nama & E-mail (Penulis): 
Sandie Gunara
Saya Dosen di UPI
Topik: Pendidikan Seni
Tanggal: 09 April 2008
Seni Tradisi (Nusantara) dan Pembelajarannya di Sekolah

Oleh Sandie Gunara (Pengajar FPBS UPI)

Sejak beberapa tahun ini, banyak dari kalangan penentu kurikulum memfokuskan diri pada seni tradisi. Selain itu, tak sedikit pula kalangan yang mempertanyakan kembali tentang kehidupan seni tradisi saat ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah, masih potensialkah jika kita mengangkat seni tradisi dimana ia hidup dalam kepungan budaya populer dan modern saat ini? serta mampukah seni tradisi memikat siswa dalam pembelajaran seni di sekolah dimana para siswa telah terpengaruhi dirinya dengan budaya populer dan modern saat ini? Belum banyak yang kemudian mempersoalkan bagaimana seni tradisi berperan dalam konteks kehidupan siswa?

Apakah seni tradisi akan memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan siswa? Bahkan menurut Prof. Waridi (seorang guru besar dari ISI Solo), masih jarang yang mempertanyakan dan menggali secara sungguh-sungguh kemampuan dan potensi nilai-nilai ketradisionalan seni nusantara dalam ikut menganyam pencitraan identitas bangsa. Juga belum banyak yang mencoba membicarakan potensi seni tradisi dalam konteks kekinian. Belum banyak pula yang menggagas untuk menjadikan seni tradisi sebagai sarana penanaman nilai-nilai kenusantaraan terhadap siswa-siswa sekolah sejak dini. Justru yang terjadi adalah sebuah perdebatan yang tiada kunjung selesai terhadap pilihan-pilihan materi pendidikan seni yang harus dikomposisikan dalam disain kurikulum sekolah formal serta peminggiran-peminggiran eksistensinya.

Saya pikir perdebatan semacam itu tidak akan kunjung selesai bila masing-masing kelompok melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Di satu pihak ada yang memandang bahwa tradisi itu kuno, ketinggalan jaman, dan lain sebagainya. Sementara di pihak lain ada yang memandang bahwa saat ini memandang seni tradisi dalam konteks budaya Indonesia sangat diperlukan. Kenapa? Karena apabila dilihat dari keberadaannya (diakui atau tidak), seni tradisi ternyata telah berhasil membawa bangsa Indonesia ke dalam kancah pergaulan internasional. Seni tradisi memiliki kemampuan dan potensi untuk mengangkat citra Indonesia di mata dunia. Karena ternyata dengan seni lah Indonesia dapat dikenal dunia, daripada ekonomi dan teknologinya. Sudah banyak seniman-seniman kita yang melanglang buana keliling dunia dengan unjuk kabisa dalam bidang seni tradisi.

Seni Tradisi

Dari sudut pandang kebudayaan, Prof. Waridi mengatakan bahwa seni adalah salah satu bentuk ekspresi budaya. Kebudayaan ada karena sengaja diadakan oleh manusia untuk membentuk sebuah peradaban bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya serta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karenanya hanya manusialah makhluk yang berkebudayaan dan yang memiliki peradaban dalam hidupnya. Salah satu wujud produk kebudayaan manusia, adalah seni. Dengan demikian, tidaklah berlebihan jika kemudian banyak yang menyatakan, bahwa seni tradisi dapat mengungkapkan sikap dan proses pengetahuan sosial. Bila demikian halnya, maka sebenarnya wujud seni tradisi tidak hanya berurusan dengan estetika, melainkan di dalamnya mengandung persoalan-persoalan non seni yang multidimensi.

Faktanya di lapangan menunjukkan, bahwa seni tradisi memiliki wajah yang jamak (multifaced). Artinya, bahwa seni tradisi dapat diamati dari berbagai sudut pandang dan berbicara untuk mengungkapkan proses pengetahuan dan perilaku sosial yang beragam pula. Dari konteks inilah kemudian ditemukan sebuah pemahaman, bahwa seni tradisi lahir sesuai dengan tingkat peradaban manusia pendukungnya. Oleh karenanya dalam seni tradisi di dalamnya mengandung pengetahuan peradaban komunitas-komunitas manusia Indonesia yang beragam. Dalam kaitan ini, kebudayaan Indonesia sebagian terekspresikan lewat beragam seni tradisi yang hidup di Indonesia itu. Maka, bukan sesuatu yang tidak masuk akal jika seni nusantara itu menjelma menjadi sebuah tradisi yang secara terus menerus berupaya diwariskan dan dipelajari dari generasi ke generasi berikutnya.

Tradisi berasal dari bahasa Inggris yaitu kata tradition, kita memahaminya sebagai sesuatu yang bersifat turun-temurun, kebiasaan, adat istiadat, dan sebagainya. Apabila dikaitkan dengan seni, merujuk pada pernyataan Prof. Waridi, tradisi mengandung pengertian seni-seni yang keberadaan dan perkembangannya merupakan warisan dari generasi ke generasi sebelumnya yang di dalamnya sarat dengan konvensi-konvensi, serta berkaitan dengan kebutuhan sistem-sosial kehidupan membudaya masyarakat pendukungnya. Walaupun seni tradisi merupakan warisan dari generasi ke generasi, akan tetapi bukan berarti hidup secara statis, ia terus berjalan dan berdialog dengan proses peradaban yang melingkupinya. Oleh karenanya saya menggarisbawahi pernyataan beliau yang mengatakan bahwa adalah wajar bilamana seni tradisi secara wujud, fungsi, dan maknanya selalu berubah-ubah seirama dengan dinamika sosial budaya masyarakat. Perubahan itu bisa saja terletak pada pengolahan bentuk, pengetahuan, serta muatan perilaku sosial yang terdapat di dalamnya.

Berbicara tentang seni tradisi, menurut saya penting untuk dipelajari oleh siswa di sekolah, karena di dalamnya terkandung makna-makna yang pantas untuk diteladani dalam konteks kehidupan manusia secara berkesinambungan. Bahkan Ki Hajar Dewantara memandang bahwa mempelajari seni tradisi dapat menghaluskan budi kita. Beliau lebih lanjut menjelaskan bahwa alat untuk menghaluskan budi ini ialah halusnya pendengaran dan penglihatan (misalnya belajar gamelan). Penglihatan berpengaruh pada pikiran kita, sedangkan pendengaran berpengaruh pada perasaan atau perangai. Jadi, dengan halusnya kedua panca indera tersebut maka akan berakibat halusnya manusia. Kenapa manusia menjadi halus? Hal ini disebabkan karena panca indera kita merupakan alat-alat manusia yang menghubungkan jiwanya dengan dunia luar.

Dari pernyataan Prof. Waridi dan Ki Hajar Dewantara tersebut, ternyata dalam seni tradisi terdapat makna esensial dan ruh yang pantas untuk diteruskan. Tetapi masalahnya sekarang adalah bagaimana cara untuk menyikapi seni tradisi agar tetap dapat berperan dalam pembelajaran di sekolah. Menurut saya hal tersebut merupakan sesuatu yang amat sangat kompleks, kenapa? karena pada saat ini, kehidupan seni tradisi disekolah dihadapkan pada gemerlapnya budaya populer yang lebih menghibur dan sesuai dengan selera siswa. Sehingga membutuhkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan konteks keadaan siswa dan konteks lingkungan yang mempengaruhinya.

Tantangan Seni Tradisi di Sekolah

Keberadaan seni tradisi di era globalisasi dihadapkan kepada sejumlah tantangan yang cukup kompleks. Saya setuju apa yang dikatakan oleh Prof. Waridi, tentang tantangan-tantangan yang dihadapi seni tradisi saat ini, terutama di sekolah. Hal itu dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Kontinuitas pemahaman dan apresiasi (siswa) terhadap seni tradisi dari waktu ke waktu cenderung semakin menipis. Artinya telah terdapat kecenderungan diskontinuitas di tingkat apresiasi dan pemahaman. Persoalan ini sangat mungkin terjadi karena;

2. Kurang tersedianya ruang dan sarana yang cukup bagi (siswa) anak-anak muda untuk mendapat kesempatan mengapresiasi seni tradisi secara serius.

3. Belum terjadi proses internalisasi unsur-unsur seni tradisi secara wajar, sinambung, dan sistemik dalam usia anak dini dan remaja. Dalam artian pembelajaran seni saat ini, masih mengabaikan konteks keadaan siswa dan lingkungannya.

4. Sebagian seni tradisi cenderung tampil kurang menggairahkan, karena dalam keadaan lesu darah. Hal ini berkaitan dengan persoalan semakin memudarnya patron-patron yang memayungi seni tradisi untuk terus mampu melakukan aktivitas pentas maupun kegiatan-kegiatan yang berada di tengah-tengah masyarakat. Seperti kurangnya dukungan dari pemda-pemda dalam upaya menghidupkan kembali seni tradisi.

5. Berhadapan dengan kebudayaan seni pop yang dipandang dapat mencitrakan gejolak emosi anak muda (siswa remaja).

6. Munculnya kekuatan kapitalis yang bergerak dalam industri budaya, cenderung memberi ruang sangat luas terhadap jenis-jenis seni populer. Secara realitas kekuatan ini sulit untuk dihindari dan masyarakat seni tradisi tidak memiliki kekuatan untuk mengimbanginya. Akibatnya satu kendala yang lain segera melengkapi tantangan-tantangan lainnya yang muncul dalam dunia seni tradisi, yaitu;

7. Seni tradisi lebih dipandang dan dicitrakan sebagai seni masa lalu yang kurang mencitrakan kemodernan. Bila demikian terdapat sesuatu yang agak menggelisahkan, yakni kemungkinan munculnya suatu persepsi yang memandang, bahwa seni populer dalam perspektif umum dijadikan sebagai ukuran atau standar mutu keberadaan sebuah seni termasuk festival-festival atau kontes-kontes pada suatu bangsa. Tanda-tanda ini mulai muncul di Indonesia, yakni penilaian yang didasarkan atas banyaknya dukungan yang masuk terhadap seseorang atau sekelompok orang yang berdampak langsung terhadap dimenangkannya seseorang dalam suatu kontes kesenian. Tindakan semacam ini secara jelas telah terdapat upaya-upaya dari sekelompok orang untuk menggeser persoalan subjektivitas kesenian ke arah objektivitas publik.

Salah satu ciri esensial subjektivitas dalam penilaian terhadap suatu kualitas kesenian biasanya dipercayakan kepada dewan pakar atau seorang ahli dibidangnya, sementara yang berkembang saat ini, kewenangannya dialihkan kepada publik. Penilaian dari dewan pakar untuk menentukan kualitas suatu sajian kesenian, biasanya disertai analisis yang mendalam terhadap berbagai unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Pertimbangan yang diambil lebih mengutamakan persoalan-persoalan estetik dan konteksnya, sehingga hasil penilaiannya dapat dipertanggungjawabkan. Sementara di sisi lain penilaian yang dilakukan oleh publik sering tercampur dengan persoalan "suka atau tidak suka".

Akibatnya bisa saja terjadi, bahwa yang menang bukan mencerminkan kualitas yang sesungguhnya, dalam kata lain kemenangan yang bersifat semu. Bilamana ini menggelinding secara terus menerus, bisa jadi dapat berpengaruh kuat terhadap terbentuknya opini dan persepsi publik, bahwa seni yang dianggap baik adalah seni yang disenangi oleh banyak orang, bukan seni yang secara fungsional mampu hidup dalam konteks kehidupan membudaya masyarakatnya. Pemahaman seperti itu secara jelas hanya memandang, bahwa seni semata-mata didudukkan sebagai objek hiburan. Dari awal persepsi yang demikian itulah seni tradisi nusantara mulai mengalami kesenjangan di kalangan anak muda (siswa). Seni tradisi sudah tidak lagi dipandang sebagai bagian dari kebudayaan mereka.

Jadi, dari pernyataan di atas, kenyataan tantangan-tantangan tersebut melahirkan dua persepsi, yakni pertama pandangan yang menempatkan massa sebagai basis orientasi penilaian. Dalam persepsi ini tergambar, bahwa baik dan buruk suatu karya seni didasarkan atas pertimbangan selera massa dari pada kualitas yang dilegitimasi oleh ahlinya. Secara jelas cara semacam ini dilatari oleh semangat budaya populer dan kapitalis, dimana partisipasi sebanyak-banyaknya dari masyarakat merupakan salah satu tujuan untuk meneguk keuntungan finansial. Situasi yang demikian ini seni tradisi telah dilepaskan dari roh spiritualitasnya dan menjelma menjadi bagian seni yang bersifat profan dan hiburan. Nilai-nilai toleransi, perekat sosial, kebersamaan, kemerdekaan, kreatifitas, dan kesetiakawanan sosial menjadi hilang. Persepsi kedua, tetap menempatkan seni tradisi sebagai basis kekaryaan dan sarana internalisasi nilai-nilai tersebut di atas. Persepsi yang kedua ini umumnya memilih jalur mengolah potensi yang terdapat dalam seni tradisi dengan tetap mempertimbangkan aspek kulturalnya, yakni mengolah seni tradisi dengan pendekatan reinterpretasi. Tentunya dua persepsi ini berdampak secara signifikan terhadap apresiasi masyarakat terhadap pendidikan seni tradisi.

Seni Tradisi dalam Pembelajaran di Sekolah

Seni tradisi mempunyai potensi yang cukup beragam dan memiliki kemampuan untuk merangsang imajinasi kreatif bagi para siswa. Menurut Prof. Waridi, potensi itu setidaknya dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1.seni tradisi nusantara cukup beragam dan masing-masing memiliki keunikan sesuai dengan kelokalannya.

2.memiliki ragam instrumen, tangga nada, serta teknik permainannya secara spesifik.

3.memiliki ragam lagu dan vokabuler permainan.

4.memiliki ragam struktur dan bentuk.

Dari keberagaman tersebut, implementasinya dalam pembelajaran di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan. Pendekatan re-interpretasi menjadi tawaran yang memungkinkan dapat menjaga keberlanjutan seni tradisi agar tetap mampu berbicara dalam konteks pembelajaran di sekolah. Dengan kata lain, seni tradisi hanya dijadikan sebagai media pembelajaran untuk merangsang kreativitas siswa. Nilai-nilai atau ruh yang terkandung dalam seni tradisi dapat direinterpretasikan melalui media lain sesuai dengan keadaan siswa dan sarana prasarana sekolah.

Pendekatan lainnya yakni pendekatan 'modernisme' dapat dimanfaatkan untuk melahirkan karya seni dengan cita rasa kekinian yang berbasis pada seni tradisi. Artinya, dari proses reinterpretasi tersebut siswa kemudian diajak ke konteks kehidupan saat ini (modern), sehingga diharapkan dapat melahirkan hasil karya seni melalui media lain, misalnya alat musik yang terbuat dari bahan-bahan daur ulang dan lain sebagainya tanpa meninggalkan esensi dan ruh yang terkandung dalam seni tradisi.

Jadi melalui dua pendekatan di atas, atau mungkin berbagai pendekatan lainnya, pembelajaran seni tradisi diharapkan mampu mendorong kreativitas anak, sehingga pada diri siswa tumbuh kesadaran estetis, toleran, sikap kritis terhadap karya seni, berbudi luhur, dan mempunyai jati diri yakni jati diri sebagai warga Indonesia, sehingga akhirnya dengan mempelajari seni tradisi, apresiasi siswa/masyarakat terhadap pembelajaran seni akan semakin meningkat pula. Dan yang tak kalah pentingnya yakni peran guru dan kebijakan sekolah. Kebijakan sekolah dan guru yang menaruh perhatian besar terhadap pembelajaran seni sesungguhnya mampu memberi dorongan terhadap semakin menguatnya apresiasi masyarakat terhadap pembelajaran seni khususnya seni tradisi.

Tuesday, October 19, 2010

artikel seni dan pendidikan 1

BAB 23 : MEMPERKAYAKAN KEBUDAYAAN, KESENIAN DAN WARISAN

I : PENDAHULUAN

23.01 Dalam tempoh Rancangan Malaysia Kelapan (RMKe-8), pembangunan budaya dan seni digalakkan untuk memperkukuh identiti nasional di samping mempererat perpaduan nasional, harmoni dan integrasi. Pelbagai aspek kebudayaan dan kesenian dibangunkan bagi menawarkan produk dan perkhidmatan yang luas untuk menyokong pertumbuhan industri pelancongan. Sehubungan ini, usaha gigih dalam memulihara warisan budaya negara, penyebaran maklumat kebudayaan dan pembangunan budaya dan seni telah diambil. 


23.02 Dalam tempoh Rancangan Malaysia Kesembilan (RMKe-9), penekanan yang lebih akan diberi kepada pembangunan budaya, seni dan warisan. Penekanan ini adalah selaras dengan Misi Negara untuk membangun modal insan yang bukan sahaja berpengetahuan dan berdaya saing dari segi ekonomi, tetapi juga berketerampilan progresif dan bernilai murni termasuk nilai budaya positif. Industri berkaitan kebudayaan, kesenian dan warisan terutamanya kraf juga akan digalakkan sebagai satu sumber pertumbuhan ekonomi. Penghayatan terhadap budaya, seni dan warisan akan dipertingkatkan sebagai sebahagian daripada agenda pembangunan negara yang lebih besar dalam membina kesedaran terhadap sejarah dan warisan serta masa depan untuk dikongsi bersama oleh semua rakyat Malaysia. Kerajaan juga akan membangunkan persekitaran budaya dan seni tempatan yang sihat bagi meningkatkan kualiti hidup rakyat. Penyertaan aktif sektor swasta, badan bukan Kerajaan (NGO) dan rakyat dalam program dan aktiviti berkaitan budaya, seni dan warisan akan digalakkan, sementara usaha naik taraf sumber dan infrastruktur budaya akan dipergiat.
II : KEMAJUAN 2001-2005

23.03 Dalam tempoh RMKe-8, pelbagai program kebudayaan, kesenian dan warisan dilaksana bagi meningkatkan minat orang ramai terhadap seni danbudaya serta pemuliharaan warisan negara. Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan ditubuhkan pada tahun 2004 untuk menyatukan dasar dan program bagi menggiatkan lagi budaya, seni dan warisan negara serta menggubal strategi baru bagi meningkatkan akses rakyat kepada seni. 


Seni dan Budaya 



Kesedaran dan Penghayatan Terhadap Seni dan Budaya 



23.04 Selaras dengan usaha untuk mewujudkan masyarakat yang kaya dengan budaya, pelbagai program dilaksana untuk meningkatkan penghayatan terhadap seni dan budaya di kalangan rakyat Malaysia di semua peringkat. Sehubungan ini, aktiviti berkaitan seni dan budaya dilaksanakan di peringkat kebangsaan, negeri, daerah dan kampung. Dalam tempoh Rancangan, empat taman budaya yang baru telah ditubuhkan di Melaka, Negeri Sembilan, Perlis dan Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur menjadikan jumlah keseluruhan sebanyak tujuh taman di seluruh negara. Taman budaya ini menjadi tempat untuk memperkenalkan aktiviti kesenian dan kebudayaan serta menganjurkan program latihan dan bina upaya untuk memupuk bakat dalam seni persembahan. 



23.05 Dalam usaha untuk memupuk penghayatan dan cintakan budaya di kalangan generasi muda, pelbagai program dan aktiviti kebudayaan seperti kelab kebudayaan terus dianjur di sekolah rendah dan menengah. Dalam tempoh Rancangan, sejumlah 220 Kumpulan Tunas Budaya baru dengan 10,200 pelajar telah ditubuhkan di sekolah rendah dan 77 Kelab Kesenian Sekolah dengan 2,860 pelajar di sekolah menengah. Bantuan dalam bentuk latihan, khidmat nasihat dan kostum serta peralatan juga disediakan. Pelajar yang terlibat dalam aktiviti ini diberi peluang untuk membuat persembahan dalam majlis rasmi di peringkat negeri dan daerah sebagai usaha untuk menyebar kesedaran dan penghayatan budaya dan seni di kalangan lebih ramai rakyat Malaysia. 



Bina Upaya dan Latihan 



23.06 Akademi Seni Kebangsaan (ASK) terus menyediakan kursus di peringkat sijil dan diploma dalam bidang teater, penulisan kreatif, tarian dan muzik serta cinematography bagi menggalakkan lagi pembangunan seni kreatif dan persembahan serta menyediakan tempat untuk mengasah bakat kreatif. Dalam tempoh Rancangan, seramai 485 pelajar telah mengikuti latihan di akademi, sementara 157 pelajar telah tamat kursus dalam pelbagai bidang. Di samping itu, kursus dan program sedia ada dalam bidang seni persembahan dan seni halus yang dijalankan di institusi pendidikan tinggi diperluas kepada bidang baru seperti pemodelan grafik berkomputer, seni video digital serta pemasaran dan pengurusan. Kursus dan program ini menyediakan peluang yang lebih kepada pelajar untuk mengembangkan bakat mereka. 



Seni Persembahan 



23.07 Bagi menyokong industri pelancongan dan memberi peluang kepada rakyat Malaysia meningkatkan penghayatan terhadap seni dan budaya, usaha terus diambil oleh Kerajaan dan sektor swasta untuk membangunkan infrastruktur hiburan bertaraf dunia bagi pementasan pertunjukkan bertaraf antarabangsa. Istana Budaya yang dilengkapi dengan peralatan moden dan terkini terus menjadi tempat penting untuk pementasan seni persembahan dan pelbagai pertunjukan kebudayaan. Dalam tempoh Rancangan, sebanyak 96 persembahan dipentaskan di Istana Budaya meliputi muzikal, konsert dan tarian yang berjaya menarik lebih daripada 403,400 penonton. Sektor swasta juga turut menyumbang kepada kepelbagaian seni persembahan dengan penubuhan Pusat Seni Persembahan Kuala Lumpur pada tahun 2005. 



Seni Tampak 



23.08 Dalam tempoh Rancangan, pelbagai pameran, seminar, bengkel,pertandingan dan aktiviti seni dianjurkan untuk memupuk minat dalam senitampak. Sejumlah 142 pameran telah dianjurkan yang dikunjungi lebih daripada866,500 pengunjung. Setiap pameran mempunyai pendekatan dan tema yang berbeza dan mempamerkan bakat dan pemikiran kreatif artis tempatan dan antarabangsa. Balai Seni Lukis Negara (BSLN) terus mengumpul, memelihara dan mempamerkan hasil kerja seni serta memupuk kesedaran dan penghayatan di kalangan semua lapisan masyarakat. Di samping itu, BSLN juga telah memperkenalkan Laman Seni Kuala Lumpur, sebuah pasar seni yang diadakan pada setiap bulan dan mendapat sambutan purata 2,000 pelawat sebulan. 



Perpaduan Negara 



23.09 Menyedari bahawa penghayatan dan menghormati budaya pelbagai etnik di Malaysia adalah penting dalam memupuk identiti Malaysia yang unik, perayaan kebudayaan dan keagamaan kumpulan etnik utama di Malaysia terus disambut di peringkat kebangsaan. Sehubungan ini, Kerajaan menganjur Rumah Terbuka Malaysia bagi menyambut perayaan seperti Hari Raya Aidilfitri, Tahun Baru Cina, Deepavali, Krismas, Gawai dan Tadau Kaamatan. Sambutan perayaan ini menunjukkan semangat perpaduan negara dan harmoni yang wujud dalam masyarakat Malaysia yang mempunyai pelbagai budaya. 



Warisan 



23.10 Bagi memperkukuh dan memupuk penghayatan kepada budaya dan warisan di kalangan rakyat Malaysia, usaha telah diambil untuk memelihara dan memulihara produk kebudayaan seperti tapak warisan, monumen dan artifak, terutamanya yang mempunyai kepentingan sejarah. Sehubungan ini, 63 monumen dan 25 tempat bersejarah dipelihara, dipulihara dan dinaik taraf untuk manfaat negara serta sebagai tarikan pelancong. Produk ini termasuk Rumah Merdeka di Alor Star, Kedah iaitu rumah asal Perdana Menteri pertama yang telah dibaik pulih menjadi sebahagian daripada Memorial Tunku Abdul Rahman. 



23.11 Di samping menyenggara muzium sedia ada, muzium dan arkib baru juga diwujudkan bagi menunjukkan pencapaian Malaysia serta menjadi pusat untuk memelihara dan mendokumen sejarah negara. Bagi mempamerkan pencapaian Malaysia dalam industri automatif, Muzium Automobil Nasional telah dibina di Kompleks Litar Antarabangsa Sepang. Muzium tersebut dibuka kepada orang ramai pada tahun 2004 dan menarik lebih daripada 34,500 pengunjung. Penubuhan Arkib Negara cawangan Kedah/Perlis pada tahun 2003 dan Arkib Negara cawangan Sabah pada tahun 2005 telah memudahkan koleksi, pemerolehan dan pemeliharaan rekod negara bagi tujuan penyelidikan. Di samping itu, Muzium Kesenian Islam menyumbang ke arah mempromosi seni dan artifak Islam tempatan dan asing. Langkah juga diambil mewujudkan kesedaran mengenai kekayaan warisan budaya negara dengan penyebaran maklumat dan pelaksanaan pelbagai program dan aktiviti seperti seminar dan bengke.
III : PROSPEK 2006-2010

23.12 Dalam tempoh RMKe-9, penumpuan yang lebih akan diberi untuk mempertingkat peranan budaya dan seni dalam kehidupan rakyat Malaysia serta menggalakkan industri berkaitan budaya dan seni. Penumpuan ini adalah kerana penglibatan aktif semua golongan dalam aktiviti kebudayaan dan kesenian juga menyumbang ke arah membangun individu secara total, mempererat perpaduan negara serta mempertingkatkan kualiti hidup rakyat Malaysia. Sehubungan ini, usaha lebih gigih akan diambil bersama sektor swasta bagi mewujudkan kesedaran dan penghayatan yang lebih baik terhadap kekayaan warisan budaya negara. Dengan demikian, teras strategik untuk tempoh RMKe-9 adalah seperti berikut:

a) memupuk nilai budaya positif di kalangan rakyat Malaysia; 


b) memperkukuh penghayatan budaya, seni dan warisan di kalangan rakyat Malaysia; 


c) memelihara dan memulihara produk warisan ketara dan tidak ketara; 


d) memajukan industri kraf dan menggalakkan produk kraf untuk pasaran dunia; 


e) membangunkan industri kebudayaan yang kreatif, dan 


f) mengukuhkan program bina upaya bagi memastikan pembangunan budaya, seni dan warisan yang mampan dan berterusan. 




Pemupukan Nilai Budaya yang Positif



23.13 Usaha yang berterusan untuk membangun nilai budaya yang positif dan mewujudkan satu Bangsa Malaysia adalah penting untuk mengekalkan perpaduan negara dan keharmonian dalam mencapai matlamat pembangunan terutamanya dalam suasana kepelbagaian etnik di Malaysia. Sehubungan ini, beberapa kempen budi bahasa dan integriti ke arah memperkukuh nilai sosial dan sikap akan diberi penekanan. Kempen dan program lain yang berkaitan akan memberi tumpuan kepada perlunya rakyat Malaysia mengamalkan sikap bertolak ansur, hormat-menghormati dan nilai positif lain yang perlu untuk mengekal perpaduan negara, keharmonian sosial dan kemuafakatan. 



Pengukuhan Penghayatan Budaya, Seni dan Warisan 



23.14 Bagi memupuk penghayatan yang lebih baik kepada budaya, seni dan warisan di kalangan rakyat Malaysia, akses kepada aktiviti kesenian dan kebudayaan akan ditingkatkan manakala penglibatan aktif kesemua komuniti akan digalakkan. Sehubungan ini, Program Merakyatkan Seni dan Budaya yang bertujuan untuk mendekatkan kembali seni kepada masyarakat serta menjadikan seni sebahagian daripada kehidupan seharian akan dilaksanakan. Aktiviti ini merangkumi persembahan seperti tarian tradisional dan moden, drama dan muzik serta aktiviti berkaitan seni dan kraf dan akan melibatkan masyarakat di kawasan bandar dan luar bandar. 



23.15 Program untuk mendidik dan menghebahkan kepentingan dan penghayatan nilai budaya, seni dan warisan di kalangan belia akan diberi penekanan yang lebih dalam tempoh RMKe-9. Bagi mencapai tujuan ini, langkah gigih akan diambil oleh agensi berkaitan untuk menambah bilangan yang dilatih dalam pelbagai bidang berkaitan budaya dan seni. Mereka ini akan dihantar kepada beberapa sekolah di bawah program Tunas Budaya bagi melatih pelajar dalam bidang kesenian. Program ini menghubungkan komuniti seni dengan sektor pendidikan bagi menyokong pembangunan profesional pendidik seni dan penyedia pendidikan seni. Di samping itu, program yang sama akan diperluas meliputi kakitangan sektor awam dan belia bagi meningkatkan akses mereka terhadap seni. Perkongsian strategik antara kerajaan negeri, pihak berkuasa tempatan, organisasi berasaskan seni dan masyarakat berserta sektor swasta akan diwujudkan untuk memastikan keberkesanan pelaksanaan program ini.



23.16 Untuk meningkatkan penghayatan seni dan budaya terutamanya di peringkat akar umbi, pelbagai program jangkauan seperti Laman Seni Kuala Lumpur akan dipergiat dan diperluaskan ke semua negeri. Bagi meningkatkan kesedaran dan penghayatan serta kefahaman dalam seni tampak dan persembahan, beberapa program interaktif melibatkan penyertaan belia, masyarakat dan sektor swasta akan dilaksanakan. Selaras dengan dasar yang diluluskan, langkah bagi merealisasikan Kuala Lumpur sebagai hab budaya dan aktiviti kesenian akan diambil dalam tempoh RMKe-9. 



23.17 Seni persembahan juga merupakan jentera bagi pemuliharaan dan penyebaran budaya di samping sebagai sumber hiburan dan penghayatan kebudayaan kepada individu. Sehubungan ini, peranan Istana Budaya sebagai pusat kecemerlangan bagi pementasan seni persembahan yang berkualiti tinggi akan diperkukuhkan. Usaha yang berterusan akan diambil untuk menarik lebih banyak pementasan asing menggunakan Istana Budaya sebagai tempat persembahan yang akan menyumbang ke arah menjadikan Kuala Lumpur sebagai hab budaya serantau. Bagi meningkatkan akses rakyat kepada seni serta kesedaran mengenai kemudahan yang canggih di Istana Budaya, aktiviti promosi yang agresif dengan tumpuan kepada penerbitan tempatan dan asing akan dilakukan. Usaha ini adalah selaras dengan langkah untuk mewujudkan kawasan budaya di dalam dan persekitaran Istana Budaya. 



Pemeliharaan dan Pemuliharaan Produk Warisan 



23.18 Akta Warisan Negara 2005 yang dikuatkuasa pada bulan Mac 2006 akan membolehkan satu pendekatan pemeliharaan dan pemuliharaan produk warisan negara yang ketara dan tidak ketara secara lebih selaras dan bersepadu. Akta ini meliputi langkah penguatkuasaan bagi memastikan amalan pemeliharaan dan arkeologi mematuhi piawaian dunia. Pelaksanaan Akta ini akan memudahkan proses mengenalpasti dan menentukan bangunan, monumen dan tapak yang mempunyai kepentingan sejarah untuk diwartakan sebagai zon bersejarah. 



23.19 Arkib Negara akan terus memelihara dan mengurus koleksi arkib sebagai warisan negara. Dalam tempoh Rancangan, Arkib Negara akan memberi tumpuan untuk menjadi pusat sumber dan penyelidikan yang menyediakan perkhidmatan perundingan kurator. Bagi tujuan ini, Arkib Negara akan mempelbagai dan meningkatkan kualiti koleksi dan perkhidmatannya serta memperluaskan kepakarannya dalam pelbagai bidang berkaitan. Berikutan perkembangan teknologi maklumat dan komunikasi, penyimpanan rekod elektronik dan pemeliharaan dokumen kerajaan yang mempunyai nilai sejarah secara digital pada fasa kedua akan dilaksanakan. Di samping itu, Pusat Dokumentasi Pandang Dengar akan ditubuhkan sebagai pusat penyimpanan rekod. 



23.20 Sebagai satu usaha untuk memupuk kesedaran dan penghayatan yang tinggi terhadap kekayaan warisan budaya negara, Muzium Tekstil akan ditubuh pada tahun 2006. Muzium ini akan membantu menyebar pengetahuan dan maklumat serta menggalakkan penyelidikan mengenai tenunan, songket dan batik dan akan mempamerkan tekstil dari seluruh negara. Muzium ini juga menjadi pusat sumber yang baik kepada pelajar, penyelidik, ahli akademik dan pengusaha kraf. 



Pengukuhan Industri Kraf dan Promosi Kraf Untuk Pasaran Dunia 



23.21 Dalam tempoh RMKe-9, usaha yang berterusan akan diambil untuk membangun dan meningkatkan kualiti kraf Malaysia. Usaha ini meliputi penyelidikan dan pembangunan mengenai kaedah baru bagi meningkatkan kemahiran pertukangan serta membangunkan reka bentuk dan teknologi baru. Usaha mempromosi kraf Malaysia di pasaran tradisi dan baru akan dilaksanakan secara meluas dengan kerjasama sektor swasta. Kaedah pemasaran yang inovatif dan kreatif serta penjenamaan kraf negara akan diusahakan. 



Pembangunan Industri Kebudayaan Yang Kreatif 



23.22 Malaysia mempunyai sumber budaya yang kreatif dan luas dalam bidang seni persembahan, seni halus dan seni tampak, kaligrafi Islam dan penulisan Jawi, filem, pendidikan seni, kesusasteraan dan kraf yang boleh dimaju dan diterokai. Dalam tempoh Rancangan, potensi ekonomi industri budaya kreatif akan terus dibangunkan melalui kerjasama erat antara sektor awam dan swasta. Bagi memudahkan pembangunan industri ini, Kerajaan akan terus menyediakan persekitaran yang kondusif. Pihak industri akan digalakkan untuk mengguna pelbagai kemudahan di peringkat negeri seperti pusat kebudayaan negeri dan galeri untuk menjayakan aktiviti mereka. Di samping itu, Kerajaan juga akan menyediakan premis perniagaan kepada usahawan untuk mempromosi kraf dan barangan keluaran mereka. 



23.23 Promosi dan pemasaran keluaran seni, budaya dan produk warisan di peringkat tempatan dan antarabangsa akan dipergiatkan melalui pelbagai kempen pemasaran dan penganjuran acara antarabangsa yang berprestij. Acara ini seperti Pesta KL, Pesta Filem Malaysia dan Hari Kraf Kebangsaan akan diadakan untuk menjadikan Kuala Lumpur sebagai hab kebudayaan. 



Pengukuhan Program Bina Upaya 



23.24 Selaras dengan aspirasi untuk mencapai kecemerlangan di kalangan profesional dalam bidang seni persembahan dan warisan, ASK akan dinaiktaraf kepada Akademi Seni Budaya dan Warisan. Kursus yang ditawarkan di akademi ini akan diperluaskan meliputi kursus di peringkat ijazah dalam bidang pengajian warisan merangkumi museumology, arkeologi dan sains arkib. Di samping itu, Akademi juga akan mempergiatkan latihan kemahiran untuk melahirkan tenaga professional yang berkualiti tinggi dalam bidang seperti pementasan dan pengurusan teater, pencahayaan dan bunyi, peralatan dan set penggambaran serta pemasaran yang berkesan. Untuk terus menggalak dan membangunkan industri filem tempatan, Perbadanan Kemajuan Filem Nasional Malaysia (FINAS) akan memberi penekanan kepada aktiviti bina upaya untuk membangunkan modal insan berkemahiran tinggi dalam bidang berkaitan filem. 



23.25 Program bina upaya akan terus dilaksana di Institut Kraf Kebangsaan serta melalui pelbagai program pembangunan usahawan bagi menyumbang kepada pembangunan artisan berkemahiran teknologi bagi menghadapi cabaran masa depan. Satu program khas, iaitu Skim Perantisan Warisan Kraf akan dilaksanakan dalam tempoh Rancangan untuk memberi kemahiran di samping memelihara seni dan kraf tradisional.
IV : INSTUTUSI PELAKSANA DAN PERUNTUKAN


23.26 Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan akan terus menjadi agensi utama dalam melaksana program dan projek yang berkaitan dengan budaya, seni dan pemeliharaan warisan negara. Usaha ini akan dilaksanakan bersama Kementerian Pelajaran, Kementerian Pengajian Tinggi, Kementerian Pelancongan, Kementerian Pembangunan Usahawan dan Koperasi dan Kementerian Penerangan serta kerajaan negeri.
23.27 Dalam tempoh Rancangan, peruntukan sebanyak RM442.4 juta akan disediakan untuk program budaya, seni dan warisan, seperti ditunjukkan dalam Jadual 23-1. Daripada jumlah ini, 63 peratus akan digunakan untuk pemeliharaan dan pemuliharaan warisan budaya dan 37 peratus adalah untuk melaksana pelbagai program seni dan budaya di peringkat negeri dan daerah.
Jadual 23-1 : Perbelanjaan & Peruntukan Pembangunan bagi Program Kebudayaan, Kesenian dan Warisan, 2001-2010 (RM Juta)
V : PENUTUP
23.27 Dalam tempoh RMKe-8, pelaksanaan program kebudayaan, kesenian dan warisan menyumbang kepada pengukuhan perpaduan negara serta menggalakkan industri pelancongan dalam negara. Dalam tempoh RMKe-9, menyedari bahawa budaya dan warisan adalah saling berkait dalam mengukuhkan tamadun negara, dan merupakan aspek penting dalam membangun rakyat Malaysia yang seimbang, bernilai murni dan berketerampilan progresif, fokus akan diberi untuk mempertingkat peranan budaya, seni dan warisan dalam kehidupan seharian masyarakat Malaysia. Bagi mempermudahkannya, kerjasama strategik antara sektor awam dan sektor swasta serta masyarakat akan diperkukuh. Usaha untuk mempromosi kraf dan industri budaya kreatif akan juga dipergiatkan memandangkan industri berkaitan budaya, seni dan warisan berpotensi untuk dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails